Seorang nelayan bernama Ramli menyusuri perairan sekitar lokasi tenggelamnya KMP Tunu saat fajar menyingsing. Ia bergabung bersama sejumlah perahu lain yang membantu pencarian korban. Di antara pecahan kayu dan puing kapal, Ramli melihat sesuatu yang tak biasa: seorang anak kecil terapung sambil memeluk erat tubuh pria dewasa yang sudah tak bergerak.

Ramli segera mendayung mendekat. Ia menarik tubuh anak itu ke atas perahu, lalu mengangkat jasad sang ayah. Anak itu gemetar, tubuhnya basah dan kedinginan. Dengan suara lirih, ia berkata, “Ayah suruh aku jangan lepas, supaya aku tetap hidup.” Ramli tak kuasa menahan air mata. Ia menyelimuti anak itu dan memberinya air hangat dari termos yang ia bawa.

Kisah penyelamatan ini menyebar cepat di kalangan relawan dan keluarga korban. Warga yang mendengar cerita itu menangis. Mereka membayangkan perjuangan anak itu bertahan di laut sambil memegang jasad orang yang paling ia cintai.

Tim SAR terus memperluas area pencarian. Mereka menyisir wilayah laut hingga radius belasan mil. Para relawan medis berjaga di pinggir pantai, medusa88  siap memberikan pertolongan pertama.

Pemerintah setempat mengerahkan tambahan kapal dan alat selam untuk mendukung proses evakuasi. Hingga kini, jumlah korban selamat dan meninggal masih bertambah.

Di balik duka mendalam, kisah anak yang bertahan di tengah laut dengan pelukan terakhir untuk sang ayah menjadi simbol keberanian dan cinta tanpa batas. Tragedi ini meninggalkan luka, tapi juga menggugah rasa kemanusiaan kita semua.

By admin